banner available

Budidaya Benih Lebih Menguntungkan

KOLAM BIBIT : Berawal dari 5 kolam, kini kolam milik Darmin sudah bertambah jadi 100 buah. Untuk pembenihan, ia sampai tak mampu mencukupi kebutuhan permintaan bibit di kota Pontianak dan sekitarnya. FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST
KOLAM BIBIT : Berawal dari 5 kolam, kini kolam milik Darmin sudah bertambah jadi 100 buah. Untuk pembenihan, ia sampai tak mampu mencukupi kebutuhan permintaan bibit di kota Pontianak dan sekitarnya. FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST

PONTIANAK - Budidaya lele sangat menguntungkan. Apalagi tidak membutuhkan banyak waktu dalam penanganannya. Jika peralatan sudah siap, maka sebagai peternak kita hanya perlu mengontrol air dan memberi pakan.
Tingginya permintaan benih untuk hewan berkumis ini menjadi alasan budidaya ini memberikan peluang besar untuk mendapatkan keuntungan. Inilah yang dilakukan Yudi, peternak benih lele di kawasan Jalan Dharma Putra, Kecamatan Pontiak Utara.
Yudi tergabung dalam Unit Pembenihan Rakyat Mina Dharma. Sudah lima tahun dia melakoni budidaya lele. Menurutnya, keuntungan pembenihan lebih besar pembesaran budidaya lele. Pertama dari modal pakan yang tidak terlalu berat. Misalnya untuk induk benih. Standar makannya cacing sutra. Jika beli di Pontianak, maka harga pakai Rp 85 ribu perkilonya. “Jika induk itu satu kilo, maka pakan yang dibutuhkan itu sekitar 10 kilo. Modalnya hanya sekitar Rp 850 ribu saja,” kata dia.
Kemudian untuk pelet. Makanan khusus lele. Menurut Yudi, jumlah pelet yang dibutuhkan hanya sekitar lima kilo. Harga untuk satu kilo, sekitar Rp25 ribu. Ukuran peletnya 1 mili, maka uang yang dikeluarkan sekitar Rp 125 ribu. Jika ditotalkan dengan pakan induk, maka modal untuk pakan hanya Rp1 juta. Jika ada 20 ribu bibit di panen, kemudian dikalikan dengan harga jual Rp 200 maka omzet yang diperoleh Rp 4 juta. “Masih ada sisa Rp3 juta lagi. Itu menjadi keuntungan untuk budidaya pembenihan,” ujar dia.
Berbeda dengan pembesaran, jelas Yudi. Untuk 1000 ekor lele membutuhkan pakan sekitar 90 kilo. Ukuran peletnya 2 hingga 4 mili. Untuk harganya Rp 12 ribu/kilo. Modal untuk pakan Rp1.080.000. kemudian bibit lele dibeli seharga Rp250. Maka modalnya sekitar Rp1.330.000. Dari jumlah itu, angka kematian lelenya 20 persen.

Maka lele yang bisa dipanen hanya 800 ekor. Nilai jual lele 1 kilo Rp 20 ribu jika mengambil langsung di kolam. Untuk satu kilo, katakan ada 10 ekor lele. Jika demikian, maka omzet yang didapat Rp 1,6 juta. Jumlah itu dikurangi modal, maka omzet yang diterima hanya sekitar Rp 270 ribu.

Untuk masa panen, lanjut dia, bibit bisa dipanen setelah 25 hari. Berbeda dengan lele pembesaran. Contohnya lele sangkuriang. Masa panennya dua bulan setelah budidaya. “Kebutuhan bibit juga besar, sehingga dengan analisa usaha saya memilih budidaya bibit dibandingkan pembesaran,” kata dia.
Jika di awal Yudi hanya memulai dengan boks kulkas, maka sekarang dia sudah memiliki lima kolam. Kendati demikian, Yudi kerap kekosongan benih. Ini disebabkan tingginya permintaan benih ikan berkumis ini. Selama ini,Yudi memasok benih untuk kawasan Pontianak, Ketapang, Kubu Raya dan Mempawah. (mse)

Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment